Bercermin Diri...


Kata-kata diatas kalau kita renungkan maknanya sangat mendalam. Mungkin tanpa kita sadari kita sering terjebak dalam kesalahan yang tanpa kita sadari telah menyakiti atau bahkan melukai hati orang lain. Kita sering tidak sadar apa yang kita katakan dan perbuat sering membuat orang lain mengelus dada. Ya... seperti itulah kita, manusia biasa yang memang tak pernah luput dari salah. Tapi sebagai makhluk yang di bekali akal, pikiran dan hati, sudah seharusnya kita terus berintrospeksi diri, belajar untuk terus memperbaiki diri, berproses untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan bermanfaat untuk sesama tentunya.

Banyak diantara kita, saya termasuk salah satunya terkadang sering menegur orang lain, baik teman, suami, anak dan lain sebagainya. Tanpa kita sadari tidak sedikit perkataan dan perbuatan kita yang menyakiti, berbicara keras, bahasa tubuh yang menyiratkan merendahkan orang lain dan masih banyak lagi. Seakan diri kitalah yang paling benar dan paling pintar. Padahal orang yang menegur dengan cara demikian belum tentu lebih baik dari pada orang yang di tegur. Oleh sebab itu marilah kita belajar untuk lebih menghargai orang lain. Apabila ada yang diharus dibicarakan, bicaralah dengan baik-baik, jangan sampai menyinggung apalagi menyakiti hatinya, sehingga lawan bicara kita merasa terhina. Satu hal yang perlu di ingat, "Berhati-hatilah dengan perkataan dan perbuatan, jika sudah melukai hati seseorang. Bagai sebuah paku yang menancap pada kayu , walaupun sudah dicabut tetap meninggalkan bekas". Oleh sebab itu Agama kita mengajarkan untuk lebih baik diam dari pada berbicara yang tidak bermanfaat.

Sebagai orang tua (saya salah satunya), sering sekali tidak sabaran dalam mendidik anak-anak kita. Kita sering kehilangan kontrol ketika kita berhadapan dengan anak dirumah. Kita sering memarahinya, kita sering membentaknya, atau mungkin kita memukulnya (Naudzubillah...). Mungkin saat itu hati kita puas karena bisa melepaskan amarah atau emosi, tapi pernahkah kita berpikir apa dampak yang membekas bagi mental anak-anak kita? Ya.. semakin kita kasar dan keras memperlakukan anak, semakin anak akan berontak dan melakukan perlawanan. Masih ingat filosofi batu yang terus menerus di jatuhi air sehingga ia akan berlubang juga? Jika kita telaah lebih lanjut maka mata hati kita akan terbuka, bahwa sekeras apapun watak anak kita, jika kita dengan sabar dan tulus membimbingnya maka suatu saat nanti ananda pasti akan luluh juga (sama dgn filosofi batu tadi). Tinggal apakah kita sebagai orang tua mau melalui prosesnya? Walau bagaimana pun anak adalah titipan dan amanah dari-Nya, yang terus harus kita jaga dan pertanggung jawabkan kelak di akhirat. Jangan sia-siakan kesempatan untuk terus berbuat kebaikan terutama untuk keluarga dirumah.

Terkadang kita sebagai manusia selalu menuntut lebih dalam hidup ini. Tanpa kita sadari kita sering "memaksa" Allah untuk memenuhi semua keinginan kita. Dan tanpa kita sadari pula kita telah di perbudak oleh nafsu yang hanya menyesatkan dan menggelintirkan. Andaikan diri ini lebih sabar dan ikhlas serta bisa mengendalikan diri, mungkin saja kita tidak akan berbuat demikian. Dalam hidup ini ada doa yang langsung di kabulkan oleh Allah dan ada juga doa yang ditangguhkan oleh-Nya. Untuk itu, kita harus tetap berprasangka baik pada-Nya. Allah sudah pasti telah mengatur semua dengan sebaik-baiknya, semua yang Dia berikan kepada kita itulah yang terbaik menurut-Nya.Jadi jalanilah skenario yang telah dirancang oleh-Nya dengan sebaik-baiknya sambil kita mengharapkan ridho, rahmat, hidayah dan ampunan dari-Nya.

Satu hal lagi yang sering terlewati yaitu mengharapkan imbalan dari apa yang telah kita perbuat kepada orang lain. Padahal dalam memberi sebaiknya ketika tangan kanan memberi diupayakan tangan kiri tidak mengetahuinya. Jangan pernah mengungkit kebaikan dan pemberian kita kepada orang lain. Biarlah Allah yang akan membalasnya dengan limpahan pahala. Bukankah segala kebaikan yang kita berikan maka kebaikan itu akan kembali kepada pemiliknya? Jadi untuk apa resah dan gelisah..

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat untuk orang lain. Mari kita sama-sama saling bercermin diri, mentafakuri diri, merenung atas segala salah dan khilaf yang sering kita lakukan, selagi masih diberikan kesempatan dan masih diberi nikmat usia. Mau kemana kita (Surga/Neraka)?, mau menjadi apa kita (Orang beriman/Kafir)?. Itu adalah pilihan.. Pilihan yang harus kita ambil dan harus kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat.

Allahu 'alam...

Komentar

Postingan Populer