Sepatu Dahlan...


Sepatu Dahlan merupakan salah satu Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan. Novel ini di tulis oleh Khrisna Pabichara dan launching pada tanggal 27 Mei 2012. Dalam 4 hari.. penjualan novel ini sudah menembus angka 18.000, suatu jumlah yang sangat luar biasa.

Novel ini terinspirasi dari kisah masa kanak-kanak dan remaja seorang Dahlan Iskan (yang sekarang menjabat Menteri BUMN). Menceritakan mengenai jalan hidup, tangis dan tawa, terutama mengenai optimisme dan rasa syukur saat pertama kali memiliki sepatu - sepatu kets - ketika dia sudah kelas tiga SMA (Aliyah).

Kehidupan mendidik Dahlan kecil dengan keras. Baginya, rasa perih karena lapar adalah sahabat baik yang enggan pergi. Begitu pula dengan lecet di kakinya, bukti perjuangan dalam mencari ilmu. Ya, dia harus berjalan berkilo-kilometer untuk bersekolah tanpa alas kaki. Tak hanya itu, sepulang belajar, masih banyak pekerjaan yang harus di lakukannya demi sesuap tiwul. Mulai dari nguli nyeset, nguli nandur, sampai melatih tim voli anak-anak juragan tebu.

Semua itu tak membuat Dahlan putus ada. Tak juga berarti keceriaan masa kanak-kanaknya hilang. Ketegasan sang Ayah serta kelembutan hati sang Ibu membuatnya bertahan. Dan apa pun yang terjadi, Dahlan terus berusaha mengejar dua cita-cita besarnya : sepatu dan sepeda.

"Ini jenis buku yang bikin candu! saya tak mampu berhenti membalik halaman sampai tamat." - A. Fuadi - Penulis Negeri 5 Menara.

Betul sekali apa yang di ucapkan A. Fuadi, buku ini memang seperti candu, malah saya hanya butuh waktu 2 hari untuk membaca novel sebanyak 369 halaman. Ceritanya sangat menarik, sangat memotivasi sekaligus menginspirasi. Di setiap halaman selalu ada manfaat yang dapat kita petik pelajaran, pergolakan emosi dalam novel tersebut juga sangat terasa, terkadang membuat saya tertawa cekikikan dan terkadang membuat saya meneteskan air mata dan menangis tersedu, apalagi saya termasuk orang yang sensitif dan mudah tersentuh.

"Hidup, bagi orang miskin, harus di jalani apa adanya." - Dahlan Iskan -

Kita dapat menjadi orang yang merasa tidak beruntung karena lahir ditengah-tengah keluarga miskin, bermimpi ketiban rezeki semacam "durian runtuh" agar bisa membeli benda-benda idaman, atau membayangkan hal-hal lain yang menggiurkan seperti nasib baik anak-anak orang kaya. Tapi, kita juga dapat memilih menjalani hidup dengan wajar dan penuh keriangan, berusaha membantu orang tua sedapat mungkin, meraih segala yang di damba dengan keringat sendiri, dan tetap antusias memandang masa depan.

Aku ceritakan kesedihanku kepada sungai agar sungai mengajariku bagaimana mengalir tanpa sedikit pun mengeluh.

Tiga tahun terlalu lama untuk sebuah pertemuan, haduhh... kata-kata ini yang selalu mengiang di telinga saya dan mengingatkan saya pada masa-masa remaja dulu...

"Wajib baca bagi yang ingin belajar menikmati fluktuasi kehidupan dengan berguru pada seseorang yang memang layak dijadikan sumber inspirasi." - Tina Talisa, Presenter dan Jurnalis TV -

Saya jadi ngga sabar untuk menunggu buku selanjutnya Surat Dahlan dan Kursi Dahlan.





Komentar

Postingan Populer